Laman

Kamis, 10 September 2015

Diari Biru , 10 September

10 September......
Dengan kepala berat, seolah ingin memurukkan wajahnya ke kerak bumi ini, Biru berusaha menuliskan apa yang dia rasakan, apa yang terjadi padanya, dan bagaimana ia kini.
Mata sembap biru adalah hasil tangisan, rintihan dan luapan emosinya akan hidup. Ia lemah dalam kesakitan, dan tidak ada satu orangpun yang tahu seberapa sakit yang ia rasakan.
“Biru lelah Tuhan,
Biru menyerah untuk berjuang, biru ingin berhenti. Berhenti dari putaran grafitasi ini, berhenti dari nyanyian burung dipagi hari yang seharusnya indah. Berhenti menggapai apa yang tidak bisa biru gapai.
Biru ingin berhenti menjadi beban bagi orang lain, beban bagi orang-orang yang biru sayangi. Orang-orang yang biru cintai. Karena biru tak sanggup bertahan.”
Orang disekeliling nya tak pernah tau , apa yang benar-benar ia rasakan. Mereka hanya tau dia bahagia, dia tersenyum dan dia bergaul.
Hari ini, biru terpuruk sendiri dikamar kost-nya, sudah berkali-kali sakit ini melanda sekujur badannya, dari kepala hingga ujung kaki. Kamar tanpa pencahayaan, bukan karena tak memiliki jendela agar matahari bisa merembes masuk, tapi karena memang jendela itu di tutup rapat agar cahaya itu tidak masuk. Bukan karena tidak ada arus listrik yang mengaliri kamar , tetapi karena lampu itupun enggan ia hidupkan. Ia memilih kenyamanan dalam kegelapan. Agar mata ini mampu untuk di pejamkan, mengistirahatkan fikiran kalut dan nelangsanya walau hanya dengan tidur sejenak. Badan biru menggigil kedinginan, ia berjibaku dengan rasa sakit luar biasa, yang kini mungkin telah hampir terbiasa akan kesakitan itu. Telefon sedari tadi berdering, biru abaikan. Ia tidak ingin mendengar suara siapapun. Cukup ! sudah terlalu banyak hal-hal yang didengar biru, dan itu tidak membuat nya merasa lebih baik. Ia malah semakin terpuruk dalam pemikiran dan beban akan kehidupan.
Keras nya hati biru mengalahkan kerasnya batu karang yang sesekali mampu mengalah pada terjangan ombak. Tak ada satu orangpun manusia dimuka bumi ini yang memiliki kekerasan hati seorang biru, bila ia berkata tidak, prinsipnya adalah tidak maka semua akan tetap tidak. Apapun yang terjadi.
Dan kerasnya hati itulah kini yang menjadi boomerang untuk kesehatannya, biru adalah seorang pemikir keras dan juga kritis, ia rela menghabiskan kapasitas otaknya hanya untuk memikirkan permasalahan orang yang ia perdulikan. Ia layaknya pejuang keadilan yang selalu bisa diandalkan untuk membela dan selalu berusaha menolong orang tanpa memikirkan dirinya sendiri, itulah prinsip hidupnya dan ia keras akan itu. Terlalu keras !
Sayang, kerasnya biru adalah keras pada dirinya sendiri, ia menganggap semua hal buruk yang terjadi pada kehidupan orang-orang yang ia sayanngi adalah tanggung jawab yang harus ia pikul, ia selesaikan. biru perduli, dan biru ingin membantu. Namun biru lupa., ia hanya punya satu hati, dan kini hati itu perlahan-lahan mulai melemah karena dirogoti penyakit. Gangguan fungsi hati, penyakit yang ia derita selama 5 tahun ! biru cukup hebat dalam menyembunyikan kesakitan itu. Saat tiba-tiba rasa sakit itu datang, dia lagi-lagi membenamkan diri diatas kasur, tanpa cahaya dan tidur. Selang sehari kemudian, biru kembali mengumbar senyum, melangkah riang, dan itu semua bukan karena ia sehat, tapi karena ia ingin bahagia , ia tak ingin membebani orang dengan keluhan-keluhan nya dan yang terpenting adalah Ia tidak ingin dikasihani! Biru enggan memperbesar kesakitannya karena memikirkan ekonomi keluarganya yang tengah dirundung masalah, Biru menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya anak yang harus diperhatikan orang tuanya. Dan biru tahu sakit yang diderita nya mahal , cukup sekali biru harus mengetahui kenyataan bahwa demi pengobatannya , kedua orangtuanya harus menjual tanah guna membeli obat dan biaya perawatan biru, biru tidak ingin itu terulang lagi. Terlebih biru ingin keluarga nya berfikir bahwa biru baik-baik saja! Biru kuat dan biru sehat
Biru berjanji pada dirinya sendiri bahwa, sesakit apapun ia nanti tak akan sekalipun ia kembali masuk ke rumah sakit. Tidak akan. Dan biru keras akan dirinya sendiri. Biru keras akan janjinya itu
Dan semua berjalan normal selama 5 tahun, setidak nya itu yang terlihat didepan keluarga biru.
“ayoklah kita check kerumah sakit! Ya? “ ujar sahabat biru, “I am okay! Besok sembuh kok , Cuma sakit flu biasa, maag juga kambuh” , selalu seperti itu. Dan akan tetap seperti itu, tak akan berubah walau sumatera barat berganti nama, ia akan tetap mengucapkan kalimat itu saat diajak untuk berobat.
“aku akan diam dalam kegelapan dan esoknya aku akan kembali terang !”
Sepenggal kalimat penyemangat biru untuk dirinya sendiri, untuk hatinya yang kian hari kian melemah. Biru adalah seorang motivator, bukan saja untuk orang lain tapi juga untuk dirinya sendiri,
 “Tuhan akan menyembuhkanku dengan sendirinya bila aku mampu membahagiakan orang lain, karena Tuhan sayang pada manusia baik hati . dan biru adalah manusia yang baik hatikan Tuhan?”
“aku  ingin melihat orang berbahagia karena kehadiranku dihidupnya, setiap mereka tersenyum bahagia karena aku, jantungku berdetak kencang, dan aku merasa lebih sehat “
Tadi siang nafas nya sesak, berat dan ia sulit mendapatkan udara, diafragmanya enggan melebar dengan sempurna. Dan ia sendiri didalam kamar nya, tanpa siapapun yang tahu. Dan saat-saat seperti itu adalah saat dimana biru pasrah, ia pasrah bila Tuhan ingin ia pulang, sekarang ! menahan rasa sakit yang luar biasa, bagaimana bisa? Manusia butuh udara, dan dapatkah kita bayangkan, bagaimana rasanya bila udara itu tak mampu kita hirup, panic, kalut, sakit, dan tak mampu untuk berteriak minta tolong. Dan biru diam dalam kesakitannya, ia hanya berusaha mencuri udara, sedikit demi sedikit, menenangkan hatinya dan membayangkan senyum-senyum bahagia orang yang ia saying. Dan Tuhan memang menguatkan biru dengan sendirinya. Tanpa bantuan oksigen atau nafas bantuan, biru berhasil melewati masa-masa sesak itu , dan tidur atau pingsan. Yang biru tau adalah bila ia membuka mata maka ia akan kembali terang.
Dan malam ini , seorang sahabat sangat perduli, sangat amat perduli, ia mencoba merasakan apa yang biru rasakan, mencoba menghibur disetiap kesakitan biru. Seperti sahabat biru yang lalu. Bukan karena sahabat itu telah mendapatkan sahabat yang baru, tapi karena ia pulang lebih cepat, pulang kepada Tuhan. Sahabat biru yang kini , mengerti dan mencoba mengerti, mencari tahu tentang apa yang biru alami. Apa yang biru rasakan, karena ia ingin menjaga biru, ia tahu biru bukan biru secerah langit siang, tapi biru adalah biru sekelam langit malam. Sering ia berusaha menghibur biru dengan cerita garingnya , agar biru tertawa, biru bahagia dan biru sehat. Seorang sahabat yang tidak akan pernah bisa untuk biru lupakan, apalagi tinggalkan. Tapi biru tetap keras pada dirinya, akan selalu keras.
Pernah suatu ketika, sahabat itu tak mampu melihat kesakitan yang biru alami, ia menangis agar biru mau ditangani dokter, hasilnya nihil. Yah, biru terlalu keras, apapun yang terjadi tidak akan pernah tidak keras.
Padanya biru bercerita, walau sepenggal tapi setidaknya biru sedikit bercerita, sedikit terbuka dan sedikit menerima. Seorang sahabat yang ia recoki dengan keluhan-keluhan, mungkin kini sahabat itu mulai bosan, lelah akan keluh kesah biru, biru sadar dan dia kembali menutup diri. Kembali diam dalam kegelapan.
“ sahabatku yang baik, yang selalu mengasihiku. Terima kasih. Ada beberapa hal yang tidak kamu ketahui, hal yang sulit untuk aku ceritakan, hal yang sebenarnya. Dan aku tak bisa bercerita. Tidak bisa. Maaf. Terima kasih telah menjaga ku saat aku jauh dari keluargaku, terima kasih karena telah menjadi keluarga baruku, terima kasih karena kau merawatku, terima kasih karena telah berusaha menemaniku, kamu sahabat yang baik, yang terbaik, dan aku berterimakasih akan itu. Tuhan sayang biru karena itu aku memiliki sahabat sepertimu. “
“Satu hal yang membuatku bahagia hari ini ,ditengah masalah keluarga yang melandaku, ditengah airmata yang tak berhenti mengalir karena masalah itu begitu kompleks, begitu larut dan begitu menjamur dalam keseharianku adalah keinginan dan doa dari seorang sahabat sebelum aku terlelap : keinginannya adalah dia ingin aku sehat dan selalu bahagia
Tuhan, dengarkan doa nya…. “
Malam ini , demi seorang sahabat biru akan menenggelamkan diri dalam kegelapan dan esok ia akan kembali terang.