Dengan kepala berat, seolah ingin
memurukkan wajahnya ke kerak bumi ini, Biru berusaha menuliskan apa yang dia
rasakan, apa yang terjadi padanya, dan bagaimana ia kini.
Mata sembap biru adalah hasil
tangisan, rintihan dan luapan emosinya akan hidup. Ia lemah dalam kesakitan,
dan tidak ada satu orangpun yang tahu seberapa sakit yang ia rasakan.
“Biru lelah Tuhan,
Biru menyerah untuk berjuang,
biru ingin berhenti. Berhenti dari putaran grafitasi ini, berhenti dari
nyanyian burung dipagi hari yang seharusnya indah. Berhenti menggapai apa yang
tidak bisa biru gapai.
Biru ingin berhenti menjadi beban
bagi orang lain, beban bagi orang-orang yang biru sayangi. Orang-orang yang
biru cintai. Karena biru tak sanggup bertahan.”
Orang disekeliling nya tak pernah
tau , apa yang benar-benar ia rasakan. Mereka hanya tau dia bahagia, dia
tersenyum dan dia bergaul.
Hari ini, biru terpuruk sendiri
dikamar kost-nya, sudah berkali-kali sakit ini melanda sekujur badannya, dari
kepala hingga ujung kaki. Kamar tanpa pencahayaan, bukan karena tak memiliki jendela
agar matahari bisa merembes masuk, tapi karena memang jendela itu di tutup
rapat agar cahaya itu tidak masuk. Bukan karena tidak ada arus listrik yang
mengaliri kamar , tetapi karena lampu itupun enggan ia hidupkan. Ia memilih
kenyamanan dalam kegelapan. Agar mata ini mampu untuk di pejamkan,
mengistirahatkan fikiran kalut dan nelangsanya walau hanya dengan tidur
sejenak. Badan biru menggigil kedinginan, ia berjibaku dengan rasa sakit luar
biasa, yang kini mungkin telah hampir terbiasa akan kesakitan itu. Telefon sedari
tadi berdering, biru abaikan. Ia tidak ingin mendengar suara siapapun. Cukup !
sudah terlalu banyak hal-hal yang didengar biru, dan itu tidak membuat nya
merasa lebih baik. Ia malah semakin terpuruk dalam pemikiran dan beban akan
kehidupan.
Keras nya hati biru mengalahkan
kerasnya batu karang yang sesekali mampu mengalah pada terjangan ombak. Tak ada
satu orangpun manusia dimuka bumi ini yang memiliki kekerasan hati seorang
biru, bila ia berkata tidak, prinsipnya adalah tidak maka semua akan tetap
tidak. Apapun yang terjadi.
Dan kerasnya hati itulah kini
yang menjadi boomerang untuk kesehatannya, biru adalah seorang pemikir keras
dan juga kritis, ia rela menghabiskan kapasitas otaknya hanya untuk memikirkan
permasalahan orang yang ia perdulikan. Ia layaknya pejuang keadilan yang selalu
bisa diandalkan untuk membela dan selalu berusaha menolong orang tanpa
memikirkan dirinya sendiri, itulah prinsip hidupnya dan ia keras akan itu. Terlalu
keras !
Sayang, kerasnya biru adalah keras
pada dirinya sendiri, ia menganggap semua hal buruk yang terjadi pada kehidupan
orang-orang yang ia sayanngi adalah tanggung jawab yang harus ia pikul, ia
selesaikan. biru perduli, dan biru ingin membantu. Namun biru lupa., ia hanya
punya satu hati, dan kini hati itu perlahan-lahan mulai melemah karena dirogoti
penyakit. Gangguan fungsi hati, penyakit yang ia derita selama 5 tahun ! biru
cukup hebat dalam menyembunyikan kesakitan itu. Saat tiba-tiba rasa sakit itu
datang, dia lagi-lagi membenamkan diri diatas kasur, tanpa cahaya dan tidur. Selang
sehari kemudian, biru kembali mengumbar senyum, melangkah riang, dan itu semua
bukan karena ia sehat, tapi karena ia ingin bahagia , ia tak ingin membebani
orang dengan keluhan-keluhan nya dan yang terpenting adalah Ia tidak ingin
dikasihani! Biru enggan memperbesar kesakitannya karena memikirkan ekonomi
keluarganya yang tengah dirundung masalah, Biru menyadari bahwa ia bukanlah
satu-satunya anak yang harus diperhatikan orang tuanya. Dan biru tahu sakit
yang diderita nya mahal , cukup sekali biru harus mengetahui kenyataan bahwa
demi pengobatannya , kedua orangtuanya harus menjual tanah guna membeli obat
dan biaya perawatan biru, biru tidak ingin itu terulang lagi. Terlebih biru
ingin keluarga nya berfikir bahwa biru baik-baik saja! Biru kuat dan biru sehat
Biru berjanji pada dirinya
sendiri bahwa, sesakit apapun ia nanti tak akan sekalipun ia kembali masuk ke
rumah sakit. Tidak akan. Dan biru keras akan dirinya sendiri. Biru keras akan
janjinya itu
Dan semua berjalan normal selama
5 tahun, setidak nya itu yang terlihat didepan keluarga biru.
“ayoklah kita check kerumah
sakit! Ya? “ ujar sahabat biru, “I am okay! Besok sembuh kok , Cuma sakit flu
biasa, maag juga kambuh” , selalu seperti itu. Dan akan tetap seperti itu, tak
akan berubah walau sumatera barat berganti nama, ia akan tetap mengucapkan
kalimat itu saat diajak untuk berobat.
“aku akan diam dalam kegelapan
dan esoknya aku akan kembali terang !”
Sepenggal kalimat penyemangat
biru untuk dirinya sendiri, untuk hatinya yang kian hari kian melemah. Biru adalah
seorang motivator, bukan saja untuk orang lain tapi juga untuk dirinya sendiri,
“Tuhan akan menyembuhkanku dengan sendirinya
bila aku mampu membahagiakan orang lain, karena Tuhan sayang pada manusia baik
hati . dan biru adalah manusia yang baik hatikan Tuhan?”
“aku ingin melihat orang berbahagia karena
kehadiranku dihidupnya, setiap mereka tersenyum bahagia karena aku, jantungku
berdetak kencang, dan aku merasa lebih sehat “
Tadi siang nafas nya sesak, berat
dan ia sulit mendapatkan udara, diafragmanya enggan melebar dengan sempurna. Dan
ia sendiri didalam kamar nya, tanpa siapapun yang tahu. Dan saat-saat seperti
itu adalah saat dimana biru pasrah, ia pasrah bila Tuhan ingin ia pulang, sekarang
! menahan rasa sakit yang luar biasa, bagaimana bisa? Manusia butuh udara, dan
dapatkah kita bayangkan, bagaimana rasanya bila udara itu tak mampu kita hirup,
panic, kalut, sakit, dan tak mampu untuk berteriak minta tolong. Dan biru diam
dalam kesakitannya, ia hanya berusaha mencuri udara, sedikit demi sedikit, menenangkan
hatinya dan membayangkan senyum-senyum bahagia orang yang ia saying. Dan Tuhan
memang menguatkan biru dengan sendirinya. Tanpa bantuan oksigen atau nafas
bantuan, biru berhasil melewati masa-masa sesak itu , dan tidur atau pingsan. Yang
biru tau adalah bila ia membuka mata maka ia akan kembali terang.
Dan malam ini , seorang sahabat
sangat perduli, sangat amat perduli, ia mencoba merasakan apa yang biru
rasakan, mencoba menghibur disetiap kesakitan biru. Seperti sahabat biru yang
lalu. Bukan karena sahabat itu telah mendapatkan sahabat yang baru, tapi karena
ia pulang lebih cepat, pulang kepada Tuhan. Sahabat biru yang kini , mengerti
dan mencoba mengerti, mencari tahu tentang apa yang biru alami. Apa yang biru
rasakan, karena ia ingin menjaga biru, ia tahu biru bukan biru secerah langit
siang, tapi biru adalah biru sekelam langit malam. Sering ia berusaha menghibur
biru dengan cerita garingnya , agar biru tertawa, biru bahagia dan biru sehat. Seorang
sahabat yang tidak akan pernah bisa untuk biru lupakan, apalagi tinggalkan. Tapi
biru tetap keras pada dirinya, akan selalu keras.
Pernah suatu ketika, sahabat itu
tak mampu melihat kesakitan yang biru alami, ia menangis agar biru mau
ditangani dokter, hasilnya nihil. Yah, biru terlalu keras, apapun yang terjadi
tidak akan pernah tidak keras.
Padanya biru bercerita, walau
sepenggal tapi setidaknya biru sedikit bercerita, sedikit terbuka dan sedikit
menerima. Seorang sahabat yang ia recoki dengan keluhan-keluhan, mungkin kini
sahabat itu mulai bosan, lelah akan keluh kesah biru, biru sadar dan dia
kembali menutup diri. Kembali diam dalam kegelapan.
“ sahabatku yang baik, yang
selalu mengasihiku. Terima kasih. Ada beberapa hal yang tidak kamu ketahui, hal
yang sulit untuk aku ceritakan, hal yang sebenarnya. Dan aku tak bisa
bercerita. Tidak bisa. Maaf. Terima kasih telah menjaga ku saat aku jauh dari
keluargaku, terima kasih karena telah menjadi keluarga baruku, terima kasih
karena kau merawatku, terima kasih karena telah berusaha menemaniku, kamu
sahabat yang baik, yang terbaik, dan aku berterimakasih akan itu. Tuhan sayang biru
karena itu aku memiliki sahabat sepertimu. “
“Satu hal yang membuatku bahagia
hari ini ,ditengah masalah keluarga yang melandaku, ditengah airmata yang tak
berhenti mengalir karena masalah itu begitu kompleks, begitu larut dan begitu
menjamur dalam keseharianku adalah keinginan dan doa dari seorang sahabat
sebelum aku terlelap : keinginannya adalah dia ingin aku sehat dan selalu
bahagia
Tuhan, dengarkan doa nya…. “
Malam ini , demi seorang sahabat
biru akan menenggelamkan diri dalam kegelapan dan esok ia akan kembali terang.
mantapp
BalasHapus