(gambar diambil dari http://cyberintelligentsecurity.net/digital-forensics-training-courses.php)
“ Kasus Hilangnya 2 orang Gadis di
Minnesota”
2
orang gadis Andover berusia 13 tahun , dilaporkan hilang oleh orang tuanya,
pada Senin 06 Oktober 2014 lalu, kasus tersebut ditangani oleh kepolisan
darerah Minnesota, A.S. Hal pertama yang dilakukan detective adalah mencari
bukti digital pada iPOds dan Smartphones kedua gadis yang menghilang tersebut.
Keesokan harinya polisi berhasil menemukan kedua gadis tersebut di basement
rumah Casey Lee Chine (23 tahun), yang dituduhkan pasal tentang perilaku
kejahatan seksual, penculikan dan pengajakan anak dibawah umur.[3]”
Pada
kasus ini, barang bukti digital berupa iPods dan smartphones dibawa ke
laboratorium komputer forensic Hennepin Country Sherrif’s, dan setelah melalui
proses analisa , didapatkan informasi tentang komunikasi berupa pesan yang
bersifat seksual. Pesan yang terakhir dikirimkan sebelum 2 orang anak itu
menghilang berbunyi : “ Be there” pada pukul 08.31 pm. Dan polisi langsung
melacak keberadaan orang yang dikirimi pesan tersebut. Esok harinya polisi
telah berhasil mengetahui lokasi dan mendatangi lokasi pelaku.
Dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi , alat-alat pada laboratorium forensic
komputer dan ilmu forensic digital itu sendiri, kepolisian Minnesota berhasil
memecahkan kasus penculikan kurang dari 24 jam.
Seperti
yang ikutip dari artikel harian startribune.com :
…“That [missing girls] case was solved by a
detective in the lab, not by any field work or eyewitness accounts. It was
digital forensics,” said Commander Paul Sommer. “It’s become an investigation
imperative. You try to find the personal electronics.”…..
Laboratorium
komputer forensic Hennepin Country Sherrif’s menganalisis ribuan ponsel dan
perangkat elektronik pribadi setiap tahun untuk investigasi sendiri maupun untuk
lembaga kepolisian lainnya. Pemeriksaan ponsel, tablet dan elektronik pribadi
dalam penyelidikan kriminal secara dramatis mengubah cara kasus tersebut dipecahkan.
Kasus kejahatan menjadi lebih cepat terselesaikan, dan dengan teknologi dan
kualifikasi laboratorium komputer forensic yang bagus, maka melacak keberadaan
sesorang bukan merupakan suatu hal yang sulit. Namun dengan akses potensi untuk
informasi pribadi yang begitu banyak, polisi juga menghadapi tanggung jawab
besar untuk tidak menyalah gunakan data atau melanggar hak privasi orang yang
tidak bersalah.
Referensi
Prather, S., 2014. When teens went missing, digital forensics cracked case
- StarTribune. , p.
[Online article ] available at :http://www.startribune.com/when-teens-went-missing-digital-forensics-cracked-case/278132541/ .
Nice share mbak :)
BalasHapus