Laman

Jumat, 15 Januari 2016

Cybercrime new issue , challenges for Indonesia cyber security


Perkembangan kejahatan komputer telah menjadi kekhawatiran bagi para profesional keamanan Informasi. Bermacam-macam issue mengenai kejahatan komputer terus bermunculan sebagai bagian dari perkembangan teknologi informasi itu sendiri. Pada postingan kali ini kita akan membahas dan mengulas setidaknya 2 kasus mengenai issue baru dari sebuah kejahatan komputer.

1. Pemadam Listrik di Ukraina


Pemadaman listrik yang mempengaruhi sebagian besar barat Ukraina, diyakini menjadi contoh pertama dari pemadaman listrik yang sebabkan oleh serangan hacking. Menurut Badan Intelijen Negara Ukraina , SBU, serangan tersebut dilakukan oleh hacker yang mendapat sponsor dari negara Rusia. Jika pendapat tersebut benar, maka penyerangan terhadap jaringan listrik Prykarpattyaoblenergo ini memiliki hubungan dengan perang cyber yang tengah terjadi diantara 2 negara tersebut paska invasi Crimea. Pendapat tersebut muncul akibat adanya kemiripan antara malware yang digunakan untuk menyerang instalasi listrik ukraina dengan kejadian penyerangan terhadap perusahaan media Ukraina pada Oktober 2015 silam.( lihat beritanya disini )

Menurut para peneliti dari Symantec,  awalnya, komputer di perusahaan media diinjeksi oleh malware yang disebut "BlackEnergy". Para penyerang menggunakan infeksi  malware ini untuk mengambil kredensial administrator dan menggunakan mereka untuk mengeksekusi Disakil (malware kedua) pada sejumlah komputer. Kemudian komunikasi dari komputer ini akan otomatis berhenti setelah Disakil dieksekusi,yang mengindikasikan bahwa malware tersebut berhasil memusnahkan data dari komputer tersebut dan membuatnya menjadi tidak bisa dioperasikan. Kelompok hacker di belakang malware Trojan BlackEnergy ini dikenal sebagai Sandworm dan memiliki sejarah menargetkan organisasi di Ukraina. Mereka juga dikenal sebagai kelompok yang menyerang NATO, sejumlah negara Eropa Barat, dan perusahaan yang beroperasi di sektor energi.

Pendapat tersebut didukung oleh seorang pakar sekuriti perusahaan Sans, Robert Lee yang menyatakan bahwa " jika malware tersebut terbukti terkait dengan kampanye BlackEnergy tahap kedua maka hal ini akan menambah kemungkinan bahwa fasilitas ... secara khusus ditargetkan ". Uegene Bryskin, seorang Computer Emergency Response Team Ukraina juga membenarkan pernyataan Robert tentang adanya keterkaitan malware BlackEnergy terhadap penyerangan instalasi listrik tersebut.

Serangan terhadap infrakstruktur vital sebuah negara sebenarnya telah lama menjadi keprihatinan pihak-pihak di bidang keamanan komputer, namun pada tidak direalisasikan didalam praktiknya, itu dikarenakan sifat dari sistem kontrol terhadap industri infrastruktur objek vital tersebut yang secara umum belum terkoneksi dengan jaringan internet secara luas, sehingga kurangnya usaha untuk lebih memperhatikan sistem monitoring dari infrastruktur tersebut.

Di Indonesia, sistem instalasi objek vital milik negara seperti lsitrik ,dalam pengoperasianya belum sepenuhnya dilakukan secara remote melalui akses internet, yang benar-benar dilakukan secara online adalah sistem pembayaran dari biaya listrik tersebut,  namun dengan perkembangan teknologi untuk menekan biaya produksi besar kemungkinan akan mengembangkan sistem tersebut. Jika benar ulasan berita ini merupakan sebuah wacana yang harus dikaji lebih dalam agar penerapan instalasi listrik yang terintegrasi dan terkoneksi melalui sebuah server menjadi lebih aman. Ancaman terhadap hal yang terjadi di Ukraina ini mungkin saja akan terjadi di Indonesia., seperti hal nya serangan terhadap website KPU 2014 silam.  Oleh karena itu sistem keamanan dan sistem monitoring terhadap infrastruktur vital seperti listrik, air, website pemerintahan dan sistem keamanan negara seharusnya menjadi perhatian dari pihak-pihak terkait.

Isu baru dari kejahatan komputer lainnya ada pada contoh kasus dibawah ini :

2. Rovnix Banking Malware Dari Eropa Menuju Jepang


Rovnix merupakan sebuah nama dari malware yang khusus menargetkan Bank sebagai korban. Di wilayah Eropa Rovnix sudah tidak asing lagi. Namun, menurut sumber berita securityweek.com yang mengutip pernyataan dari peneliti IBM X-Force, Rovnix sudah mulai menyerang Jepang pada awal Desember 2015 silam. Downloader dari malware ini didistribusikan melalui email spam yang datang dari alamat email .ru , email tersebut seolah-olah berasal dari perusahaan transportasi international. Menurut para peneliti IBM , email berbahaya tersebut telah menargetkan Jepang , dibuktikan dengan isi dari email yang menggunakan bahasa Jepang dan memiliki file konfigurasi untuk masing-masing 14 Bank berbeda yang menjadi target malware ini. ( lihat beritanya disini )

Rovnix, sama halnya dengan trojan perbankan lainnya, yang menginjeksi malware dengan menggunakan web untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk mencuri uang dari rekening korban. Injeksi dari web ini telah dikembangkan oleh kelompok didalam cyber blackmarket. Selain dengan menggunakan injeksi ke web , malware ini juga mengharuskan pengguna dari sistem operasi Android untuk menginstal sebuah aplikasi yang dapat mencegat kode autentifikasi yang dikirimkan pihak Bank kepada korban. Dengan menggabungkan 2 teknik ini, Rovnix benar-benar menjadi sebuah ancaman bagi dunia Perbankan.

Selain Rovnix, memang sudah ada malware banking yang lain , seperti Dyre, Neverquest, Dridex, dan Zeus, namun dengan adanya Dorkbot ,dalam waktu singkat Rovnix telah masuk kedalam 10 daftar  global malware banking yang paling berbahaya.

Ancaman malware banking saat ini memang tengah menjadi permasalahan kritis bagi para praktisi di bidang keamanan komputer. Banyak perusahaan antivirus yang terus menerus meningkatkan kemampuan deteksi terhadap malware-malware baru. Saat ini Jepang menjadi target Rovnix , besar kemungkinan nantinya malware ini akan sampai ke Indonesia, tentu saja dengan tetap menggunakan ciri khasnya yaitu menggunakan bahasa indonesia dan sebuah aplikasi Dorkbot. Apalagi Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap serangan malware banking, terbukti dengan banyaknya serangan terhadap Bank-Bank di Indonesia, dan banyaknya para pelaku ATM skimminng dari negara lain yang menjadikan indonesia sebagai basis dari penipuan tersebut. Hal tersebut tentu dikarenakan lemahnya sistem keamanan informasi negara kita. Untuk mengantisipasi isu ini agar tidak masuk ke Indonesia ,maka perlu adanya peningkatan sistem keamanan informasi kita . Pihak Bank juga sangat diharapkan untuk memaksimalkan proteksi terhadap akun dari nasabahnya. Selain itu , perlu adanya penjelasan lebih detail mengenai UU yang mengatur tentang transaksi online, penipuan dan penginterupsian data, refund in lost dan asuransi terhadap keamanan m-banking agar nasabah benar-benar dapat merasa aman.

Referensi

Hern, A. (2016, Januari 07). Ukrainian Blackout Caused by Hackers That Attacked Media Company, Researchers Say . The Guardian. UK. Retrieved from http://www.theguardian.com/technology/2016/jan/07/ukrainian-blackout-hackers-attacked-media-company

Kovacs, E. (2016, Januari 08). Rovnix Banking Malware Targets Japan. Wired Business Media. USA. Retrieved from http://www.securityweek.com/rovnix-banking-malware-targets-japan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar